GAPKI Sebut Indonesia Bakal Rugi jika Gabung RCEP
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menilai perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digagas Pemerintah China, tidak akan memberikan keuntungan bagi industri kelapa sawit Indonesia. Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang mengatakan, RCEP hanya akan memaksa Indonesia menurunkan tarif ekspor minyak kepala sawit (Crude Palm Oil/CPO) ke negara-negara anggota lainnya. “RCEP agak rumit. Tidak mudah karena negara-negara tersebut akan meminta menurunkan tarif dengan basis RCEP tersebut,” ujar Togar di kantor GAPKI, Selasa (31/1). Bila terjadi penurunan tarif ekspor CPO, lanjut Togar, diperkirakan nilai perdagangan ekspor CPO tak meningkat banyak sekalipun ada peningkatan volume. Bahkan, Togar melihat, hal tersebut juga tak serta-merta meningkatkan volume perdagangan ekspor CPO ke beberapa negara yang tergabung dalam RCEP.
Sementara, bila melihat kinerja ekspor perdagangan Indonesia dengan beberapa negara yang ada dalam RCEP, misalnya India, nilai perdagangan antar kedua negara sudah cukup baik. Sehingga, menurutnya, pemerintah lebih melakukan komunikasi dan lobi bisnis secara bilateral terhadap negara-negara mitra dagang ekspor CPO tanpa berharap banyak pada RCEP. “Dengan volume perdagangan ke India, itu tidak signifikan untuk RCEP meningkatkan volume perdagangan Indonesia di sektor kelapa sawit,” imbuhnya. Untuk diketahui, pemerintah menilai RCEP akan jauh lebih menguntungkan bagi Indonesia dibandingkan mengikuti perjanjian perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP) yang resmi ditinggalkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam RCEP, Indonesia bersama sembilan negara di kawasan Asia Tenggara (Asean) akan membentuk kongsi dagang dengan enam negara di luar Asean, yakni India, China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Sementara untuk perdagangan ekspor komoditas CPO, Indonesia telah menjalin kemitraan perdagangan dengan beberapa negara dalam RCEP tersebut yang memiliki nilai perdagangan cukup tinggi, misalnya dengan India dan China. Data ekspor perdagangan GAPKI menunjukkan, ekspor perdagangan CPO Indonesia sebesar 26,6 juta ton untuk semua jenis CPO dan 25,1 juta ton untuk CPO dan turunannya. Dari volume ekspor tersebut, nilai perdagangan ekspor CPO menyumbang devisa mencapai US$18,1 miliar. Tercatat, ekspor perdagangan CPO Indonesia ke India sebanyak 5,78 juta ton sepanjang 2016. Sementara ekspor CPO ke China sebesar 3,23 juta ton di tahun lalu. Sedangkan ekspor perdagangan CPO ke mitra dagang lainnya yang cukup besar, yakni Pakistan sebanyak 2,07 juta ton, Amerika Serikat sebanyak 1,08 juta ton, dan negara-negara di Uni Eropa sebanyak 4,4 juta ton.