Hama Tikus Sawah
Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu hama yang paling berbahaya bagi tanaman padi. Pengendalian hama tikus ini lebih sulit dibandingkan dengan pengendalian hama padi lainnya. Serangan hama tikus dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak sedikit hingga gagal panen. Potensi kerusakan tanaman padi oleh hama tikus ini cukup besar, hingga mencapai 20% per tahun. Serangan hama tikus terjadi pada semua fase, dari persemaian hingga fase panen.
Beberapa alasan berikut ini adalah penyebab sulitnya pengendalian terhadap tikus sawah :
- Hama tikus sawah relative sulit dikendalikan karena memiliki sifat biologi dan ekologi yang berbeda disbanding hama padi lainnya.
- Monitoring yang lemah mengakibatkan terjadinya ledakan populasi hama tikus sehingga menimbulkan kerusakan yang parah.
- Tidak dilakukan antisipasi yang serius sehingga pengendalian lebih sulit dilakukan.
- Pengendalian hama tikus pada umumnya dilakukan setelah terjadinya serangan.
- Tidak dilakukan pengendalian secara intensif.
- Peralatan dan sarana pengendalian hama tikus yang terbatas.
- Tidak ada kekompakan antara petani dalam mengendalikan hama tikus.
- Tidak dilakukan pengendalian berkelanjutan sehingga populasi hama tikus terus meningkat.
Ciri-ciri tikus sawah :
- Berat tikus dewasa mencapai 130 -170 gram.
- Tikus betina menghasilkan 2 – 18 (rata-rata 8) anak tikus dalam setiap kehamilan.
- Memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
Setidaknya ada beberapa cara pengendalian hama tikus sawah:
- Sanitasi habitat. Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang.
- Fumigasi/pengemposan. Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
- Linier Trap Barrier System (LTBS). LTBS berupa bentangan pagar plastik/terpal setinggi 60 cm, ditegakkan dengan ajir bambu setiap jarak 1 m, dilengkapi bubu perangkap setiap jarak 20 m dengan pintu masuk tikus berselang-seling arah. LTBS dipasang di daerah perbatasan habitat tikus atau pada saat ada migrasi tikus. Pemasangan dipindahkan setelah tidak ada lagi tangkapan tikus atau sekurang-kurangnya di pasang selama 3 malam.
- Memanfaatan musuh alami. Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain.
- Rodentisida, digunakan terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.Cara ini sangat efektif dilakukan bila populasi hama tikus cukup tinggi.
Cara aplikasi rodentisida (pemberian umpan) :
- Tiap petakan sawah diberi sekitar 10 umpan, biasanya disediakan dulu umpan yang tidak beracun guna mengelabuhi tikus untuk tetap memakan umpan. Baru setelah beberapa lama, umpan beracun dipasang di sawah.
- Letakkan umpan di dalam wadah yang terlindung (bambu, pipa plastik ataupun sekam).
- Untuk meningkatkan daya tarik umpan, Klerat 0.005 BB dicampur dengan bahan makanan yang disukai tikus (beras, ikan, dll).
- Untuk pengendalian jenis tikus kecil, Klerat 0.005 BB ditumbuk menjadi remah sehingga mudah dimakan tikus
- Umpan diletakkan dengan jarak 5 – 10 m tiap titik.
- Jumlah umpan dan banyaknya titik bergantung pada tingkat serangan tikus, rata-rata dosis pengumpanan adalah 3 – 6 butir/titik umpan atau 0.5 kg – 2 kg per ha.
SOLUSI KAMI UNTUK HAMA TIKUS DI AREA PERSAWAHAN ADALAH KLERAT 0.005 BB